DAYS OF BADR AND UHUD
- January 24, 2018
- by Nur Imroatun Sholihat
source: ukht rimzy |
“Akan ada hari badar dan hari uhud bagimu—hari
untukmu dan hari yang melawanmu. Bertahanlah di antara kesabaran dan
kesyukuran.”
Saya baru
saja mengikuti CIA Review Course, sebuah training untuk persiapan ujian sertifikasi Certified Internal Auditor (CIA). Sebelumnya kantor mengadakan seleksi untuk mendapatkan 20 peserta yang akan mengikuti training
ini dan Alhamdulillah saya lolos. Jangan dikira ini adalah sesuatu yang terduga
sebelumnya. Sejak memasuki ruang seleksi, saya sudah bisa menebak nama-nama
yang akan lolos berkat kemampuan mereka yang termasyhur ke seluruh penjuru
kantor. “Ah, orang-orang ini ada di ruangan yang sama dengan saya. Sekeras apapun
saya belajar, saya tidak akan lolos.” Pikir saya kala itu. Lagipula persiapan
saya sangat minim. Saya pun mengerjakan soal dengan mentalitas nothing to lose. Mungkin ciutnya mental
saya dapat digambarkan seperti gentarnya kaum muslimin tatkala datang ke perang
badar. Tiga ratus tiga belas orang dengan perlengkapan seadanya melawan seribu orang dengan
persenjataan lengkap? Yang benar saja. Bedanya saat itu kaum yang dipimpin Nabi
Muhammad itu optimis akan datangnya bantuan dari Allah sedangkan saya sibuk
mengerdilkan diri saya sendiri. Tetapi apa sih yang nggak mungkin kalau Allah
berkehendak?
Saya menyebut
peristiwa semacam itu sebagai hari badar. Saya memang terbiasa menyebut hari di
mana saya mendapat kesuksesan, kemenangan, nikmat yang menyenangkan sebagai
hari badar. Saya termenung membaca pengumuman 20 besar dengan rasa tidak
percaya. Sekali lagi saya ditegur oleh Allah: saya tidak boleh mengecilkan
kemampuan Allah mengatur hidup saya. Allahu akbar. Saya terdiam beberapa detik
menyadari betapa seringnya saya mengabaikan kenyataan bahwa Allah telah
menjadikan banyak ketidakmungkinan menjadi mungkin. I’m a girl who experienced
many imposible things turned to be possible.
Saya pun menulis di buku harian saya: Today I realized that no matter how small
the probability is, Allah is perfectly able to make it happens. Please don’t underestimate
any probability—don’t when you know Allah is there. Please work and pray harder
even when you think the probability is almost zero--because you believe
Allah is the best director.
Training
yang berjalan selama 6 hari itu disambung dengan ujian dan pembahasannya di 2 hari
terakhir. Sepuluh besar dari hasil ujian akan diikutkan ujian sertifikasi yang
sesungguhnya. Saya pun belajar lebih keras mengingat meskipun di kelas tersebut saya adalah dark horse
(orang yang secara mengejutkan lolos), saya sudah berjanji pada diri saya sendiri
untuk tidak mengecilkan kemungkinan apapun. Tidak ketika saya tahu bahwa usaha
dan doa mampu mengubah takdir. Singkat cerita, hari pengumuman pun tiba. Saya
berada di peringkat 9 tetapi peserta yang akan diajukan untuk sertifikasi
ternyata berkurang dari 10 menjadi 7 orang. Saya tidak bisa mengikuti ujian
sertifikasi itu karena saya tidak menjadi bagian dari 7 besar (dan seperti yang
saya katakan sebelumnya, ada banyak nama yang memang sedari awal sudah pasti
akan lolos berkat kemampuan mereka.). Kekalahan hari itu menjadi hari uhud yang
kesekian kali dalam hidup saya. Tetapi hari itu, meskipun hati saya perih, saya
berucap “Alhamdulillah”. Alhamdulillah saya diberikan kegagalan lagi supaya
saya lebih sabar. Alhamdulillah saya digagalkan lagi supaya hati saya tidak
mengawang di atas awan. Alhamdulillah. Saya tahu setelah segala kepahitan, akan
ada hari di mana madu pun terkalahkan oleh manisnya hari itu.
Setahun setelah
kejayaan perang badar, Allah menakdirkan keterpurukan umat muslim di perang
uhud. Allah menjadikan kemenangan di perang badar agar kita bersyukur dan
optimis sementara menjadikan kekalahan di perang uhud agar kita bersabar dan berserah
diri. That’s the balance of life: kesuksesan dan kegagalan menjadikan kita
orang yang bersyukur dan bersabar. Keduanya menjadikan kita menghargai hidup
dan Penciptanya dengan lebih serius. Kesuksesan akan terasa manis jika kita
tahu rasanya gagal dan kegagalan akan terasa manis jika kita tahu hari
kesuksesan juga akan tiba suatu saat nanti. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kebahagiaan dan kesedihan sama-sama manis saat kita memandangnya dengan tepat. Melalui training CIA Review Course ini saya mengalami dan mensyukuri keduanya.
So everyone,
in the days of badr and in the days of uhud, please put your trust in Allah. Percayalah
bahwa hari yang baik dan hari yang buruk sama-sama bermanfaat bagi jiwa kita. Yakinlah
bahwa ada maksud dari setiap kesuksesan dan kegagalan yang kita alami. Kembalilah
pada Allah di hari senangmu maupun sedihmu. Di hari senangmu, Allah menggandeng
tanganmu dan di hari sedihmu, Allah memelukmu. Baik di hari badar maupun uhud,
Allah bersamamu. Lalu mengapa kau bersedih dan berputus asa?
-----
(Tulisan ini juga menjadi pengingat untuk diri saya agar tidak berputus asa. Semoga suatu saat nanti saya berkesempatan untuk mengikuti ujian CIA. Aamiin.)
-----
(Tulisan ini juga menjadi pengingat untuk diri saya agar tidak berputus asa. Semoga suatu saat nanti saya berkesempatan untuk mengikuti ujian CIA. Aamiin.)
0 Comments:
Post a Comment