JAKET PARKA
- January 20, 2018
- by Nur Imroatun Sholihat
source: weheartit.com |
It
took me a long time to realize that, when Allah has decided something for me,
verily I am strong enough for that.
Beberapa
waktu yang lalu, menyadari suhu ruang kerja yang semakin menggigit akibat
perpaduan AC dan hujan yang rintik di luar, saya memutuskan untuk membeli jaket
parka. Sebagian besar jaket saya memang sengaja saya tinggal di rumah sewaktu
hendak berangkat kuliah di Lampung sementara jaket yang tersisa di Jakarta
bukanlah jaket yang cukup tebal untuk melawan dingin. Ini adalah kali pertama
saya membeli jaket parka. Pikiran saya pun melayang mundur ke tiga tahun yang
lalu di sebuah pagi yang dingin. Saya melihat seorang teman, yang biasanya
cukup cuek soal penampilan, memakai jaket parka nan cantik.
“Dibeliin
suami, dek. Aku manut aja.” Jawabnya sumringah.
Dia
pun melanjutkan ceritanya sampai kami berpisah karena berbeda lantai. Saya
sungguh senang mendengar cerita-cerita kebahagiaan teman saya ini. Bagaimana
tidak. Dia telah mendoakan seseorang ini sangat lama hingga akhirnya doanya
terjawab. Segala hal-hal kecil tentang pernikahan terasa begitu berharga tidak
hanya baginya tetapi juga bagi saya yang mengetahui perjuangannya dari awal.
Saya pun melirik kemeja saya yang tidak berlapiskan baju hangat apapun dengan
perasaan campur aduk.
Tiga
tahun berlalu dan saya masih sering asal-asalan. Saya kerap kali alpa memakai
jaket padahal tahu badan saya cukup tidak toleran pada suhu rendah. Saya masih
saja enggan berpayung kecuali ketika hujan deras sekalipun sadar daya tahan
tubuh saya tidak sehebat itu untuk menangkal penyakit. I just don’t feel like
taking care myself well while thinking someone should’ve taken care of me
instead. Someone needs to remind me “wear your jacket” and also “bring your
umbrella” just like what I heard many times from my friends’ husbands.
Ah,
saya suka menulis tentang hujan karena saya sering didekap dingin yang lebih
dingin daripada suhu udara. Di saat hujan yang dingin, aliran darah saya bergerak
perlahan berpikir berapa puluh atau ratus hujan harus saya lewati begini.
Kemudian saya menerobos hujan seperti biasa. Bagi saya, tak ada gunanya
menunggu hujan, baik untuk reda maupun diredakan oleh seseorang yang datang
membelah hujan untuk menjemput.
“It’s highly possible
that if someone doesn’t do that for me, it must be that I’m able to do it by
myself.” Gumam saya di suatu pagi yang membekukan.
Sungguh
dimungkinkan tidak ada seseorang yang melakukannya untuk saya ekuivalen dengan
saya sanggup melakukannya sendiri. Saya pun langsung menghubungi teman saya
mengajaknya ke pusat perbelanjaan untuk mencari jaket. Saya tidak menunda lagi
untuk melakukan hal yang bisa saya lakukan sendiri. Saya mampu untuk membeli
jaket sendiri dan mengingatkan diri saya untuk memakainya. Saya bisa pulang
sendiri dengan selamat sekalipun berselimut hujan. Saya telah membuktikannya tiga
tahun jadi mengapa saya meragukan kemampuan diri saya sendiri?
I
need to stop thinking that I need someone to save me. I can save myself
instead. I need to stop assuming that my happiness depends on this someone
because honestly, I’m somehow fine with the solitariness. It’s rude to complain when Allah gives me a lot especially strength to do everything
necessary for life. It’s so ungrateful of me to think that I’m not strong
enough for Allah’s decisions.
Saat
ini, mungkin saya belum butuh seseorang untuk mengingatkan saya memakai jaket.
Saya belum memerlukan seseorang untuk menjemput saya saat hujan. Saya belum
butuh seseorang yang mengkhawatirkan saya jika saya sakit. Saya akan
mengingatkan diri saya untuk berjaket tatkala dingin, berpayung saat hujan, dan
beristirahat ketika sakit. Saya juga tidak akan menunda lagi apa-apa yang saya
tunda sebab menunggu untuk melakukannya dengan seseorang. I will just do the
things I want and need. Indeed I can do them by myself because Allah decides
that I can handle them.
I
told myself: be sure that you’re able to run your life well no matter what
comes into. It just need your realization that you’re strong enough for being
happy over that. Certainly, you’re strong enough then please be happy enough.
And then I realize, how now my happiness doesn’t
depend on people again, but on Allah. I never been happier than this.
0 Comments:
Post a Comment