TUJUH TIPS MENULIS ESAI
- October 27, 2020
- by Nur Imroatun Sholihat
source: pinterest.com |
Beberapa waktu yang lalu, Abdi Muda Negara (ANM) meminta saya berbagi 7 tips menulis esai. Komunitas itu sedang menyelenggarakan lomba menulis esai dan kebetulan saya menjadi salah satu jurinya. Berhubung sekalian menuliskannya, saya kepikiran untuk membuatnya menjadi tulisan di blog. Siapa tau di antara teman-teman sekalian ada yang penasaran apa sih tips menulis esai ala iim (I bet none except ANM asked for this but let me just do it. Haha).
Oh ya, ada sebuah percakapan lucu ketika saya menanyakan kenapa
harus tujuh tips, bukan jumlah lainnya. Jawaban yang diberikan sang ketua komunitas adalah, “Saya korban kebanyakan nonton TV. Sering lihat 7 fakta …..,
nomor 4 mengejutkan sekali atau 7 hal ….., no 5 nggak nyangka banget.”. Saya
cuma bisa ngakak karena ya ampun mohon maaf itu Sampeyan nonton acara TV
apa baca situs gosip sih? *kabur.
Oke baik, tanpa perlu berlama-lama lagi, inilah tips menulis esai
dari saya:
1. Lakukan riset
Riset yang dimaksud di sini adalah mengumpulkan bahan—dalam
bentuk studi pustaka, observasi, melakukan penelitian dan menganalisisnya, dsb.
Pernah dengar kan kalau penulis yang baik adalah pembaca yang baik? Semakin baik input (baik secara kuantitas maupun
kualitas) yang kita berikan kepada otak kita, insyaAllah akan semakin baik pula
output-nya (salah satunya dalam
bentuk tulisan).
Selain itu, alasan kita harus banyak mengumpulkan bahan adalah
bahwa buah pena yang baik perlu didukung oleh data dan fakta. Esai kita akan
semakin kuat ketika dilengkapi dengan hasil studi yang relevan. (Oh ya, jangan
lupa berikan kredit kepada sumber yang dikutip. Giving a proper credit to anyone deserves to be credited is cool you know).
2. Tawarkan ide yang menarik
Inti dari sebuah tulisan adalah gagasan. Harta yang sebenarnya
dari sebuah goresan pena adalah idenya. Sebelum menulis, sempatkan untuk
memikirkan idenya masak-masak. Setelah menemukan ide, tentukan angle menulis kita. Mengapa angle penting? Karena kita tentu tidak
bisa menuliskan semuanya—titisan pena kita membutuhkan fokus. Kemudian, susun alur tulisan yang akan menjadi konstruksi dasar goresan kita. Tugas selanjutnya adalah
mengembangkannya menjadi bangunan tulisan yang sesuai angan kita.
3. Bersahabatlah dengan KBBI dan Tesaurus Bahasa Indonesia
Kebiasaan saya saat menulis adalah membuka KBBI dan Tesaurus
Bahasa Indonesia. Alasannya: saya ingin tulisan saya terartikulasikan dalam bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena itu, saat ragu, saya akan
menyempatkan mengecek kata yang akan saya gunakan dalam KBBI. Dan tahukah
kalian bahwa seorang sahabat memanggil saya thesaurus’ best friend saking
tergantungnya saya pada buku daftar kata yang memiliki pertalian makna tersebut? Untuk alasan estetika, sebisa mungkin saya menghindari
pengulangan kata dalam satu tulisan. Juga saya ingin kata yang saya
gunakan memberikan nilai rasa yang paling pas untuk menggambarkan maksud saya.
Kedua hal tersebut dijawab dengan apik oleh kamus padanan kata alias tesaurus. Baik
dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, tesaurus adalah cara saya
memperkaya kosakata.
4. “Mencontek” dari sastra
Saya cenderung menjaga jarak dari gaya menulis kaku saat menulis
esai atau opini. Sebab bagi saya, menyajikan tulisan yang gagasannya menarik tetapi kurang nyaman dibaca itu seperti menghidangkan masakan enak yang tampilannya kurang cantik. Dan tahukah bagaimana cara terbaik meluweskan tulisan kita?
Ya! Mencontek dari gubahan fiksi atau sastra. Saya membaca dan berusaha menulis
karya fiksi sesekali untuk mempelajari bagaimana menyajikan tulisan yang enak
dibaca. Curi teknik karangan sastra agar bisa membuat pembaca betah terpaku pada tulisan
kita. Tentu mengolah esai menjadi liris, manis, bahkan puitis sah saja asal tetap mempertahankan substansi tulisan.
5. Perhatikan kedalaman substansi
Dalam mengembangkan tulisan, berikan ulasan yang cukup untuk
mendukung gagasan kita. Pastikan bahwa ide kita tersampaikan dengan uraian
komprehensif yang membuat pembaca mendapatkan gambaran utuh apa yang
ingin kita sampaikan. Dalam menulis kita pasti punya tujuan kan? Nah penulis
perlu menjajakan idenya dengan meyakinkan. Itulah mengapa menghidangkan
substansi yang mendalam dapat membantu tercapainya tujuan penulisan.
6. Pikirkan perasaan pembaca
Saya selalu menyampaikan ini ketika seseorang bertanya tips
menulis kepada saya. Setiap menulis, pikirkan perasaan pembaca ketika membaca
tulisan kita nantinya. Pembaca berhak atas usaha terbaik dari penulis. Miliki
keinginan untuk menyajikan ide terbaik dengan gaya menulis yang enak dibaca. Jadilah penulis yang pantas atas waktu pembacanya.
Dengan kata lain, jadilah penulis yang kita sendiri ingin menjadi
pembacanya. Jadilah penulis yang diri kita akan menjadi pengagumnya.
7. Penyuntingan
Saya selalu menyempatkan untuk membaca esai yang saya tulis setidaknya 3 kali dalam waktu yang tidak terlalu berdekatan. Seorang sahabat menyebutnya sebagai “mengendapkan tulisan”. Saat kita mengunjungi kembali tulisan untuk proses swasunting, biasanya kita bisa melihat ruang peningkatan kualitas yang tadinya luput terlihat. Selain itu, saya selalu mengirimkan tulisan saya kepada setidaknya satu orang untuk mendapatkan masukan. Baik secara substansi maupun teknik menulis, saya kerap mendapat saran dan kritik yang tadinya tidak terpikirkan.
Nah demikian tadi “7 tips menulis, nomor 3 nggak nyangka banget (Becanda. Haha)” dari saya. Hehehe. Semoga bermanfaat bagi teman-teman ya. Selamat menulis :)
------
Tautan: 7 tips menulis esai ala iim (dari laman Instagram ANM)
0 Comments:
Post a Comment