PENGARUSUTAMAAN GENDER DAN PERMASALAHAN DATA
- May 28, 2021
- by Nur Imroatun Sholihat
![]() |
source: searchenginejournal.com |
Mungkin jarang sekali terucap tetapi saya punya ketertarikan yang besar terhadap isu pemberdayaan perempuan. (Tentu saya bukan ahli untuk berbicara hal ini melainkan hanya seseorang biasa yang memiliki perhatian khusus terhadapnya). Tumbuh di tengah konstruksi sosial yang mengharuskan kaum hawa berusaha lebih banyak ketimbang kaum adam untuk meraih sesuatu, saya sadar perlunya untuk peduli pada isu tersebut. Selain itu, bekerja di dunia yang didominasi laki-laki membuat saya memahami pentingnya menjadi jangkar dalam meningkatkan kepedulian orang-orang terhadap topik ini. Ditambah lagi, organisasi tempat saya bekerja juga secara serius mencurahkan perhatian terhadap pengarusutamaan gender (PUG) sehingga isu ini menjadi semakin dekat dengan saya.
Kesetaraan gender sendiri merupakan 1 dari 17 target Sustainable Development Goals (SDGs) yang diluncurkan PBB di tahun 2015. Jauh sebelum itu,
Indonesia telah menunjukkan perhatian terhadap isu keadilan dan kesetaraan
gender dengan terbitnya Inpres Nomor 9 Tahun 2000 yang juga diamplifikasi melalui
masuknya tema tersebut sebagai salah satu prioritas pengarusutamaan RPJMN
2020-2024. (We can agree on this: isu yang kurang mendapat tempat seperti yang
satu ini jelas memerlukan intervensi pemerintah). Ramai-ramai organisasi sektor
publik menunjukkan usahanya untuk mewujudkan kesetaraan gender dimaksud tak
terkecuali organisasi yang menaungi saya, national gender driver yang mendorong
penggunaan anggaran negara yang berkeadilan gender. Untuk mendorong terwujudnya
anggaran responsif gender tersebut, pimpinan tertinggi kami menerbitkan
peraturan bahwa setiap kementerian/lembaga perlu menelaah dampak dari belanja
suatu kegiatan serta efeknya terhadap laki-laki dan perempuan.
Oh ya sebelum berlanjut, supaya tidak misleading, pengarusutamaan
gender sendiri bukan hanya soal jenis kelamin tetapi semua kelompok yang
termarginalkan. Dengan mendorong terwujudnya pembangunan yang memberikan
manfaat bagi masyarakat secara umum, regardless the gender or condition,
pembangunan yang inklusif dapat tercapai. (unimportant note: inclusivity is
definitely one of my favourite words. Hehe).
However, here’s the bitter truth: ketimpangan gender masih tinggi
pasca 21 tahun implementasi PUG di Indonesia. Masih terdapat kesenjangan yang
menganga antara kondisi aktual dan ideal dari pengarusutamaan dimaksud.
Komitmen pimpinan, kebijakan, sumber daya, dan komponen kunci implementasi PUG
lainnya telah disediakan. Terlepas dari kekurangan berbagai sisi yang
menyebabkan belum maksimalnya pelaksanaan PUG, usaha yang sudah
dilakukan bukannya tidak banyak dan main-main. Tetap saja pemahaman mengenai
permasalahan ini masih tidak merata sehingga jangankan menjalankan, beberapa
orang bahkan tidak mengetahui adanya program pengarusutamaan tersebut.
Tetapi izinkan saya, dengan keterbatasan ilmu yang saya miliki,
berpendapat bahwa jika suatu saat nanti kesadaran akan PUG akhirnya cukup
merata dan orang-orang mulai serempak melaksanakannya dengan sungguh-sungguh,
data akan menjadi batu sandungan pertama. World Economic Forum (2017) dalam
artikelnya “Gender Equality? It Starts With Data” menyebutkan:
Salah satu hambatan terbesar adalah kurangnya data yang baik
tentang isu-isu yang secara tidak proporsional mempengaruhi perempuan dan anak
perempuan, seperti hak atas tanah, akses ke pendidikan, keluarga berencana,
atau perawatan kesehatan. Data sangat penting untuk memahami apa yang dapat
dijalankan dan bagaimana melacak progress. Namun, data terkini hanya tersedia
untuk sebagian kecil dari indikator yang dikembangkan untuk menilai progress 17
SDGs - termasuk lebih dari 40 yang secara langsung berkaitan dengan kesetaraan
gender. Dari 14 indikator kemajuan terkait dengan kesetaraan gender, sebagian
besar negara hanya mengukur 3.
Pernyataan tersebut diamini oleh PBB (2014) yang dalam artikelnya
menyebutkan: “Dalam beberapa kasus, data tersedia tetapi tidak digunakan untuk
menghasilkan statistik gender, atau statistik gender diproduksi tetapi tidak
disajikan dengan cara yang memfasilitasi pemahaman yang jelas tentang masalah
dan perbedaan gender.”
Permasalahan terkait data dan inklusivitas pernah saya tulis
sebelumnya di tahun 2020: “Sebab data yang berkualitas tidak membiarkan
masyarakat yang rapuh dan butuh tidak tersentuh. Sementara itu, kenyataan dan
harapan masih berjarak jauh”. Data dan inklusivitas jelas erat berkaitan tetapi
masih saja permasalahan data kerap kali menjadi momok yang dipandang sebelah mata. Di masa
pengambilan keputusan diharapkan bersandar pada data, secara global maupun
nasional, gender-spesific data masih bolong di sana sini. Belum lagi jika kita berbicara bukan semata-mata tentang keberadaan data yang mengelompokkan populasinya berdasar gender tetapi
juga identifikasi dan analisis kondisi di mana perempuan lebih
terdampak ketimbang laki-laki atau sebaliknya.
Pengambilan keputusan yang menyangkut hajat orang banyak tentu
perlu didukung tersedianya data yang berkualitas demi ketepatsasaran dan
kecepatan pencapaian tujuan. Sebuah pengingat kecil betapa pentingnya data
dalam pengambilan keputusan, terlebih dalam isu yang begitu kentara disparitasnya
ini. Perlu kesadaran kolektif untuk terlebih dahulu mengumpulkan kemudian menganalisis data agar keputusan yang diambil dapat lebih berkualitas. Untuk itu, kita perlu memastikan ketersediaan dan kualitas data agar strategi pembangunan yang
begitu bagus di atas kertas ini tidak hanya menjadi sekadar retorika ketimbang
aksi nyata, terlebih terkait kemanfaatannya.
Your friend,
Iim yang berusaha bisa menulis soal data :p
Referensi:
Sholihat, Nur Imroatun. 2020. APIP dan Tata Kelola Data.
http://www.itjen.kemenkeu.go.id/baca/728 (accessed on 28 May 2021)
United Nations. 2014. Using Data To Measure Gender Equality.
https://www.un.org/en/development/desa/news/gender/using-data-to-measure-gender-equality.html
(accessed on 28 May 2021)
World Economic Forum. 2017. Gender Equality? It Starts With Data.
https://www.weforum.org/agenda/2017/09/gender-equality-it-starts-with-data
(accessed on 28 May 2021)
Keren Mbak...
ReplyDeleteTerima kasih ya :)
Delete