PELAJARAN YANG SAYA DAPATKAN DARI MENGAJAR CIA REVIEW COURSE PART 3
- June 27, 2021
- by Nur Imroatun Sholihat
Sebuah catatan perjalanan seseorang yang bermimpi
menjadi CIA (Certified Internal Auditor) yang kemudian menjadi pengajar training
persiapan ujian CIA. What a humbling experience. Alhamdulillah.
Bulan
Februari 2021 lalu, saya menerima sebuah pesan yang mengubah hari yang
berpelangi: IIA Indonesia menawari saya mengajar CIA Review Course Part 3 (P.S.:
ujian sertifikasi CIA terdiri atas 3 bagian dan di bagian ketiga terdapat
materi information security dan information technology). Saya membaca
ulang deretan huruf di layar untuk meyakinkan pesan ini sungguh nyata dan
memang ditujukan kepada saya. Sepanjang pengetahuan saya, IIA Indonesia tidak
memiliki track record memilih pengajar
CIA yang belum cukup matang secara umur maupun pengalaman. Apakah saya sedang
bermimpi saja?
Untuk
kesekian kali juga saya disadarkan ucapan Junghwan di Reply 1988, “Another term for fate is timing”, benar adanya. Melalui sambungan telepon, perwakilan IIA Indonesia
menuturkan bahwa mereka saat ini sedang ingin mendobrak stereotype yang ada dengan memilih pengajar yang mewakili para minoritas (prop to IIA Indonesia for their effort for inclusion).
Pemilik CIA didominasi laki-laki? Mari memilih pengajar seorang perempuan.
Pemegang sertifikasi CIA identik dengan kematangan umur? Bagaimana kalau
memasukkan seseorang yang masih muda di jajaran pengajar agar peserta
tersemangati bahwa umur bukanlah alasan seseorang tidak bisa meraih sesuatu?
“Selain itu, karena Bu Nur memiliki CISA (Certified Information System Auditor).” Lanjut suara di seberang sana. “Muda, perempuan, dan ada di bidang IT audit. Kami berpikir bahwa Bu Nur cocok mengajar materi information security dan information technology.”. Truth is, I got CIA and CISA designations with a perfect timing. There is a sweet reason why I need to wait for years to get them and now I know. Alhamdulillah.
Sore itu saya belajar, menjadi minoritas telah membukakan saya pintu kesempatan. Tentu ada banyak orang yang jauh lebih pantas di luar sana tetapi betapa beruntungnya saya karena merepresentasikan apa yang IIA Indonesia inginkan. Saya juga akhirnya menyadari bahwa segala perjuangan sulit yang saya alami sebagai seorang minoritas di dunia TI telah menjadi atribut yang merupakan gerbang rezeki. Sebuah pengingat untuk tidak takut menempuh jalan yang berbeda meski sulit.
Perasaan saya seolah dibanjiri emosi
yang begitu hangat. Memori jatuh bangun perjuangan memperoleh CIA yang telah
menumpahkan air mata sebab tumpukan kegentaran, kekhawatiran, dan kegagalan berkelebat
dalam pikiran. Khususnya di ujian part 3, teringat masa saya menangis menjelang
ujian sebab merasa tidak berdaya bahkan setelah membaca buku-buku tebal dan berlatih mengerjakan lebih dari 2000 soal. Bagaimana hati saya tidak gemetaran mendapati doa untuk mendapatkan
CIA yang telah saya panjatkan bertahun-tahun dijawab dengan begitu indah.
Seolah sedang menegur saya yang kerap meragukan apakah doa saya akan terwujud (padahal jika Allah ingin memberikan semesta seisinya kepadamu pun, itu mudah saja),
Allah memberi saya lebih dari apa yang saya minta. Kalau Allah berkehendak,
apapun ternyata bisa jadi semudah itu. Segalanya seolah berpihak begitu saja
pada kita. Allahu Akbar.
Long story short, karena
jadwal CIA Review Course sebelumnya berbenturan dengan jadwal pre-departure training yang harus saya
ikuti, saya baru bisa mengajar di periode Juni 2021. Saya
mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin karena saya tahu, IIA Indonesia sedang
bertaruh untuk mempercayakan kelasnya pada saya. Despite the state of my age and experience
(which can be translated as wisdom too), they wanted to give me the
opportunity. That moment was such a
reminder to not take everything for granted. That’s why, there is no reason
for me to not giving my best effort. Saya membaca buku CIA Review dua kali,
menyiapkan soal latihan, menambahkan bahan papar dengan materi-materi yang
relevan (tips and tricks, pendalaman
materi, dll), sampai berlatih mempresentasikannya.
23 Juni 2021: hari yang dinanti tiba. Saya memulai debut saya sebagai pengajar CIA Review Course di hadapan 30 peserta. Berkebalikan dengan yang saya cemaskan, saya ternyata tidak merasa nervous selama di dalam kelas. Saya bisa menjalaninya dengan nyaman sebab telah mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh. Sekali lagi, persiapan memang segitu pentingnya sih. Sebuah pengingat bagi diri yang terkadang malas mempersiapkan ini bahwa persiapan adalah salah satu faktor penting untuk mendapatkan hasil yang baik.
after 5 hours of teaching :) |
Tetapi jika
saya ditanya apa pelajaran yang paling penting dari kejadian ini, jawaban saya
adalah: untuk tidak pernah mengecilkan
sebuah usaha, seminor apapun itu. Ketika saya bertanya bagaimana IIA
Indonesia menemukan saya, jawaban yang dilontarkan membuat batin saya semakin
teraduk-aduk.
“Kami
membaca tulisan Bu Nur soal CIA dan CISA.” Kalimat yang membuat hati saya
bergemuruh.
Someone
please hand me some tissues. Huhu. Jujur saja, saya sering meng-underestimate blog saya sendiri. Ah siapa yang mau baca tulisan kamu,
im? Siapa juga yang sudi mengenali pemikiranmu yang random itu? Siapa coba yang
hidupnya terpengaruhi oleh tulisanmu seperti yang kamu cita-citakan? Coba lihat statistik pengunjung blogmu, biasa saja kan?
Padahal blog ini telah memberikan saya begitu banyak kebahagiaan. Saya telah terhubung dengan orang-orang yang tidak saya kenal melalui blog ini. Saya sudah menerima kalimat-kalimat penyemangat dari orang-orang baik yang mampir membaca. Tulisan saya juga telah membantu beberapa orang yang tengah berjuang dengan impian mereka. Kemudian saya diberikan kesempatan mengajar dengan ditemukan melalui tulisan? A whole new level of reminder to never underestimate the power of your writings and also to keep writing even when you think no one read them. To basically do anything good even when you think it will not bring you anywhere. InsyaAllah it will.
Ketika
pertama kali membuat blog 11 tahun lalu, saya berjanji untuk tetap menulis bahkan jika
tulisan saya hanya mempengaruhi 1 orang saja. Bahkan jika hanya ada 1 orang yang merasakan manfaat dari tulisan saya, saya akan tetap menulis di sini. Little did I know, my writings will later
provide me a lot of joy which in times, helped me to be stronger and happier.
Jadi melalui tulisan ini saya ingin berterima kasih kepada Allah yang telah
melimpahi saya dengan kasih sayang meski saya hanyalah hamba yang begitu
berkekurangan. Selain itu, saya tidak bisa mengungkapkan betapa banyak rasa
terima kasih saya kepada IIA Indonesia untuk bersedia memberikan kepercayaan yang begitu
besar. Terakhir, saya ingin berterima kasih pada blog ini karena telah menjadi
sarana saya untuk sembuh, bangkit, dan tentunya bertemu dengan orang-orang baik
dan kesempatan-kesempatan baik.
I am humbled and thankful.
----------
P.S.: Di hari mengajar tersebut, saya cuti dari kantor 😊
So proud of you
ReplyDeleteEli, terima kasih ya.
DeleteSukses ya untuk Eli :)
so proud of you ,jadi tertarik untuk belajar lagi dan ikutan tesnya
ReplyDeleteTerima kasih.
DeleteAyo belajar lagi dan ikutan tesnya. Semangat :)
menginspirasi saya tuk ikut test CIA. thanks
ReplyDeleteHalo. Terima kasih sudah berkenan mampir ke blog saya. Alhamdulillah. Semoga persiapan dan ujiannya dilancarkan ya. Jika ada yang bisa saya bantu, please let me know :)
Deletedari 11 tahun lalu pgn bgt bs ambil CPA atau CIA, selama ini cuma bisa jd wish list karena byk yang bilang susah..and this year with bismillah, aku coba untuk bangun dan merealisasikan mimpi..terima kasih atas tulisan yg menginspirasi ini..,,
ReplyDeleteAir mata saya hampir menetes membaca komentar ini. Saya juga berterima kasih karena sudah kembali mengingatkan saya untuk tidak meremehkan tulisan saya sendiri. Setiap mendengar komentar seperti ini, saya semakin tersemangat untuk menulis. Semoga cita-citanya segera diwujudkan. Saya akan dengan senang hati membantu apabila dibutuhkan.
Delete